Beberapa hari sebelum hari ini, aku terus membayangkan bisa melihat wajah Pidi Baiq di acara Padjajaran Book Fair, sebab membedah novel Dilan karyanya menjadi salah satu Untuk yang kedua kalinya, aku ingin menatap bagaimana 'bajingan' itu bicara dan meletupkan humor-humornya melalui lagu, yang sampai saat ini membuatku tertawa sekaligus berpikir. Maklum saja, dia adalah humoris yang cerdas, bukan seorang pelawak yang memaksakan diri untuk membuat orang lain tertawa karena ketidaklucuannya.
Semenjak sekolah Aliyah dulu, aku pernah pura-pura bermain Band, tampil di acara-acara yang diadakan sekolah, aku Vokalisnya, yang dinyanyikan adalah lagunya Pidi Baiq. Sialnya, bukan tepuk tangan ata decak kagum yang kuterima saat itu, melainkan senyum dan ledakkan tawa para penonton. Mungkin karena nuansa lirik lagu yang diciptakan Pidi selalu sama: penuh humor yang ditutupi keseriusan, atau keseriusan yang ditutupi humor. Akan kuberi misal beberapa liriknya:
JANGAN TAKUT
_____________
Jangan takut ibu,
ibu uangnya dari ayah.
Jangan takut ayah,
ayah takut sama ibu,
Jangan takut Mak Lampir,
Mak Lampir itu Farida Fasya,
Jangan takut polisi
polisi juga punya istri
Takutlah jika kau dibenci
Dijauhi teman-teman
Sepi hidupmu sendiri
RESIKO
______
Salah sendiri kenapa menjadi Dosen
Harus mengajar, harus mengabsen, heummmmmm
Salah sendiri menjadi mahasiswa
Harus belajar, harus diabsen, heummmmmmm
Salah sendiri kenapa menjadi Inul
Tiap bergoyang, dimarah Rhoma, heummmmmm
Salah sendiri, kenapa menjadi Rhoma,
Harus melarang, Inul bergoyang, heummmm
Masih banyak lagu Pidi Baiq yang membuatku tertawa sekaligus berpikir, betapa sesungguhnya pesan moralnya jelas sekali, tapi yaitu itu, sisi humornya tak mau hilang. Namun hari ini, ketika Pidi menjadi pembicara di acara Pameran Buku yang kuikuti, aku baru mendengarkan lagu barunya yang berjudul 'IBU', yang bagiku lirik ini teramat serius, sebab ini tak membuatku tertawa, melainkan tergetar dan hampir melelehkan air mata yang lama menggumpal. Beginilah lirik lagu itu:
IBU
___
Kau mengajari aku
Mengucapkan kata-kata baru
Kau menghendaki aku
Mengucapkan kata-kata bagus
Kau adalah yang tidak
Membunuhku selagi masih bayi
Kau adalah yang tidak
Mengutukku hingga menjadi batu
Kau sebut nama aku
Pada tiap ucap doamu
Kau jauh lebih tinggi
Daripada aneka macam sorga
Kau tanyakan kabarku
Disaat aku tinggal jauh
Kau adalah yang lunglai
Disaat aku marah pergi
Kau adalah yang malu
Disaat aku berbuat memalukan
Kau adalah yang bimbang
Tanya dengan siapa aku pergi
Kau jauh lebih harum
Dari apapun yang paling mengharumkan
Kau adalah yang bilang
jangan kecewa sabar sayang
Kau adalah dirimu
Dengan kekar kupanggil kau Ibu
Ketika engkau tersenyum kepadaku
Cinta tak perlu lagi kucari darimu
Oleh: Sanghyang Mughni Pancaniti
0 komentar:
Posting Komentar