Kini ibuku selalu telanjang. Tubuhnya kerap berlumur kotorannya sendiri, dan dibasahi oleh air kencingnya. Matanya sesak oleh luka, dihantam sepi. Tak ada lagi rona, tak ada detak, tak ada gairah, tak ada rasa, tak ada hidup, hanya siksa! Ribuan buku yang ia kumpulkan selama 19 tahun di 'PERPUSTAKAAN KADEUDEUH', tiba-tiba melebur hancur oleh sebuah peristiwa kebakaran. Akibat kejadian ini, kecerdasan dan kemanusiaan ibu luluhlantak dengan sekali pukul. Ibu telah tenggelam dalam keadaan yang lebih mengerikan daripada kematian.
Tanpa kedirian ibu yang utuh, nasib seperti melesakkanku pada dunia yang paling sakit dan paling duka. Di antara aku dan ibu tak ada lagi pergumulan wacana, tak ada lagi pertukaran sudut pandang, tak ada lagi pergulatan penafsiran, dan tak ada lagi perbincangan tentang dunia buku.
Semua cara telah kulakukan demi kesembuhan ibu, tapi hasilnya selalu berujung sia-sia. Ketika aku semakin putus asa, sebuah sabda meruyak keluar dari jiwaku, yang itu kutafsirkan sebagai titah dari Tuhan, bahwa ibu hanya bisa sembuh jika perpustakaan dibangun kembali. Tapi masalahnya adalah, dengan cara apa perpustakaan baru itu kubangun? Darimana ribuan buku kudapatkan? Aku orang miskin. Apalagi untuk urusan buku, ibu mengharamkanku meminta. Dan aku tak mau mengkhianati itu.
Kemudian aku bekerja, membanting tulang, membeli buku sedikit demi sedikit, tapi ibu tak kunjung membaik, sebab perpustakaan tak juga tegak.
Dalam hujaman keputusasaan, tiba-tiba ada nama Kang Ulun melintas di benakku, dia adalah sahabatku yang sedang membutuhkan donor kelamin, dan akan memberi imbalan uang sebesar 1,5 Milyard. Aku berpikir, uang itu pasti sangat cukup untuk membangun kembali perpustakaan, bahkan bisa jauh lebih mewah dan megah.
Demi buku dan ibu, apakah aku berani menggadaikan kelaminku? Sebuah organ yang bebentuk sepele tapi segala-galanya itu????
TESTIMONIAL
______________
"Yang paling real di benak kita, selain Tuhan, adalah tanya. Di buku ini, arti tanya dicoba untuk dieksplorasi dengan kekuatan sastra. Ruh novel ini mengajak kita menuju satu maqom, dimana tanya tak sekedar bahasa."
"Membaca Perpustakaan Kelamin adalah menelusuri jejak kehidupan yang begitu reflektif, menapaki jejak peradaban yang disembunyikan. Tuhan telah meniupkan ruh beserta rasionalitas, melalui karya ini kita akan menggunakan anugrah Tuhan tersebut"
"Perpustakaan Kelamin. Perpustakaan dan Kelamin. Pengetahuan dan Kenikmatan. Baiknya penulis menerbitkan buku ini tujuh atau delapan tahun yang lalu, mungkin aku tahu apa yang harus dilakukan pada perpustakaan dan kelamin."
"Simbol yang mewakili 'Peradaban Agung' (buku), dan yang mewakili nomenklatur mentalitas 'Kebudayaan Rendah', dipertemukan dalam novel ini. Terpenting, pertemuan itu dihadirkan dalam sosok perempuan."
"Sebuah karya yang mengajak kita melakukan Inner Journey: Mertertawakan, mengkritisi, dan memperbaiki diri."
"Novel ini telah menampar mahasiswa yang malas membaca buku seperti saya"
"Sebagai seorang ibu, awalnya saya deg-degan melihat judul novel ini. Saya takut Mughni menulis sesuatu yang porno, picisan, dan binal. Akan tetapi, ketika saya membaca akur kisahnya, ketika buku dan kelamin dipertarungkan demi seorang ibu, maka saya memutuskan menyimpan doa di pundaknya, agar ia mampu melanjutkan cerita novel ini di buku kedua."
(Dr. Heny Gustini Nur'aeni, M.Ag - Ibunda Penulis)
PERPUSTAKAAN KELAMIN
(Buku dan Kelamin dalam Pertaruhan)
(Buku dan Kelamin dalam Pertaruhan)
Penulis: Sanghyang Mughni Pancaniti
Penerbit: Semesta Institute
Terbit: 2016, Cetakan Pertama
Kode ISBN: 978-602-14549-3-0
Tebal: 228 Halaman
Soft Cover, Bookpaper, Limited edition
Penerbit: Semesta Institute
Terbit: 2016, Cetakan Pertama
Kode ISBN: 978-602-14549-3-0
Tebal: 228 Halaman
Soft Cover, Bookpaper, Limited edition
Harga Normal: Rp.59.000
Pemesanan 085720022794 (WA/SMS)
0 komentar:
Posting Komentar