Biarkan setiap cipta mempesona. Kesana-kemari mencari mencari segenggam cinta.
Namun aku telah temukan itu darimu, Bu.
Telapak kakimu yang dipenuhi belah-belah itu, Bu, karena kerja dan pngabdian,
telah menjadi stempel keibuanmu. sebuah gelar yang paling indah dari emua gelar yang ada.
Kasihmu yang sangat besar, telah membuktikan bahwa Tuhan itu ada.
Ya, dengan melihat kasihmu aku mengerti bahwa memang ada Sang Maha.
Melihat wajahmu, Bu, aku seperti melihat Wajah Tuhan. Teramat belas dan kasih.
Bu, engkau telah menjadi perwakilan Tuhan untuk membimbingku mengeja hidup.
Kau mengajariku bagaimana cara berarti, meski dengan bahasa yang sangat sederhana.
Aku akan membiarkan semua dunia hilang, asal engkau tetap ada, Bu.
Melihat senyummu, Bu, itu sudah melebihi keindahan 7 syurga yang dikatakan orang.
Dan melihat murkamu, Bu, rasa tersiksaku melebihi 7 lapis neraka yang katanya mengerikan itu.
Bu, tetaplah tersenyum dalam cintamu. Tetaplah damai dalam amarahmu.
Dan tetaplah setia terhadap amanah yang Tuhan berikan kepadamu.
Dan setiap detiknya, akan kubayar dengan tetes demi tetes kesucianku,
demi pengabdianku kepada Tuhan yang caranya sungguh aneh ini.
Bu, sungguh aku sangat mencintaimu, meski terkadang tak mampu kuperlihatkan secara kasat mata.
Aku mencintaimu, meski terkadang harus kuperlihatkan seperti luka.
Aku mencintaimu, Bu, sangat mencintaimu.
Bu, jika seandainya semesta mengizinkan, akan kusebut namamu beribu-ribu kali.
Sebagai pengganti kalimat dzikir yang selama ini terlantun di sela-sela sembahyang abadiku.
Bandung. 17-Agustus.2012 02:26
Oleh: Sanghyang Mughni Pancaniti
0 komentar:
Posting Komentar