Kak, Masih ingatkah ketika aku dan kau bercengkrama, berbicara
tentang masa depan dan cita-cita. Kita dulu masih kecil, kak, masih
sangat kecil. Hanya bermain dan meminta uang jajan yang bisa kita
lakuka, sehingga pembicaraan tentang cita-cita itu mungkin hanya
iseng-iseng saja.
Tapi kini, setelah kita semakin besar,
setelah kita disebut oleh orang lain bertambah dewasa, setelah kita
mulai serius berkata-kata tentang harapan dan cinta, maka kau harus
pergi meninggalkanku juga ayah ibu. Kau pergi membawa seorang wanita
yang kau cintai dan idam-idamkan menjadi sahabat hidupmu, yang akan
melayanimu lahir bathin.
Hingga sekarang, masih aku ingat
ketika kau mengabarkan hendak menikah, dan kau berkata penuh semangat,
“Inilah saatnya, Nie.” Ya, aku mengira itu hanya angan dan keinginan
belaka, tapi ternyata mewujud penuh cinta, dan aku hanya mampu mendo’a.
Kak, masih terbayang di mataku ketika kau berjalan menuju tempat akad,
diiringi suaraku yang mendendangkan puji-pujian kepada Allah, Muhammad,
dan juga guru besarmu, Syeikh Abdul Qadir Djaelani, sebagai cara untuk
menyambutmu. Kemudian dengan pakaian hitammu dan sorban hijau yang
semampai di pundakmu, kau berjalan dengan gagah, menuju masjid yang
hendak menjadi saksi pengikatan sumpah sucimu. Sungguh, kau terlihat
tampan dan gagah dengan pakaian itu, meski bagi orang lain pasti
terlihat aneh.
“Tarima abdi nikah, ka Rizka Amalia putra Bapak teges. Nganggo mas kawin 11 gram emas jeung saperangkat alat shalat, dibayar kontan.”
Ucapmu tanpa beban apa pun di depan ayah ibu, mertuamu, penghulu,
saksi, juga seluruh keluargamu. Dan aku yakin, bukan hanya mereka yang
menjadi saksi dan mengamini ikatan suci itu, melainkan juga Allah dan
para malaikatnya.
Kau tahu, Kak? Ketika para saksi mengucap
kata “Sah.!” Seketika air mataku berderai, mengalir deras dan membentuk
sebuah jalan di pipi hitamku. Aku bahagia karena kau telah melakukan
pernikahan yang merupakan ibadah yang amat besar nilainya, ibadah yang
menjadi legalisasi sesuatu yang sebelumnya dilarang, ibadah yang
menyempurnakan setengah dari kewajiban agamamu, juga ibadah yang pada
hakikatnya merupakan wujud nyata kasih Allah untuk kemudian menciptakan
hamba-hamba-Nya kelak.
Kak, tak banyak yang ingin aku urai,
tapi biarlah kutuliskan kembali do’a Emha Ainun Nadjib ketika anaknya
menikah, dan itu pun akan kupersembahkan kepadamu,
Ya Allah wahai Maha Pengasuh ummat manusia
Sesungguhnya nikah adalah gagasan-Mu
Sesungguhnya nikah adalah karya-Mu
Sesungguhnya nikah adalah perintah-Mu
Maka Engkau pulalah yang sesungguhnya menyiapkan
singgasana pelaminan bagi siapapun hamba-hamba-Mu
yang melakukannya
Engkau pulalah yang melimpahkan rizqi, baik rizqi yang
berada di dalam perhitungan mereka, maupun rizqi
yang tak bisa mereka duga
Engkaulah yang menyediakan rumah, membangun mahligai
persemayaman melalui ketekunan kerja dan
kreativitas akal fikiran mereka
Serta Engkaulah yang mempekerjakan para Malaikat-Mu
untuk turut membantu memelihara kemesraan mereka
mempertahankan kenikmatan mereka
untuk senantiasa saling setia di antara mereka berdua
Ya Allah wahai Maha Penuntun semua hamba
Sesungguhnya nikah adalah ungkapan cinta-Mu sendiri
kepada ummat manusia karya terbaik-Mu
Sesungguhnya nikah adalah pancaran gairah kasih sayang-Mu
untuk mempersatukan semua ciptaan-Mu dengan
diri-Mu sendiri
Maka bagi hamba-hamba-Mu yang menikahkan diri mereka
demi mentaati-Mu
Limpahilah bekal cinta yang sejati dan abadi
Tenaga kasih sayang yang tanpa ujung
Keluasan jiwa yang seluas cakrawala
Untuk saling menampung di antara mereka
Untuk saling menjadi ruang
Untuk saling memuaikan penghormatan dan pemahaman
Sehingga cinta mereka senantiasa segar dan dewasa
Ya Allah Wahai Maha Pengayom ummat manusia
Sesungguhnya hanya Engkaulah yang memiliki hak
dan perkenan untuk menikahkan setiap makhluk-Mu
Maka pada hakekatnya Engkaulah yang telah meng-akad
Nikah-kan kedua mempelai yang berbahagia
dan berbunga-bunga wajahnya
Engkaulah yang mempertemukan hati mereka
Engkaulah yang mempertautkan cinta mereka
Engkaulah yang memperjalankan mereka di lorong
kasih sayang yang panjang dan jauhnya
tak berakhir kecuali di halaman rumah cinta-Mu sendiri
Engkau mengerahkan para Malaikat-Mu untuk
menaburkan wewangian Rahman Rahim
di dalam jiwa mereka
Engkau memerintahkan pada Ruh yang terjaga kesuciannya
untuk menabuh rebana-rebana kebahagiaan mereka
Meniupkan seruling ar-Rauf, menggesek dawai al-Wadud
Serta menggemintangkan suara tambur Hanan Mannan
Ya Allah wahai Maha Pemeluk Kasih dan Pendekap Sayang
Kami semua yang hadir berkerubung di ruangan
sakinah mawaddah dan rahmah-Mu malam ini
Kami yang datang berkumpul dan menghirup aroma cinta
dan aura tekad kesetiaan di lubuk kalbu
mempelai berdua
Dengan segala kerendahan hati memohon kepada-Mu
Berdasarkan hakekat Ahad dan Wahid-Mu
Berakarkan makrifat Nur Muhammad-Mu
Agar jangan izinkan siapapun dan apapun mendekat pada
kedua mempelai, kecuali yang Engkau pekerjakan
untuk memperteguh cinta mereka
Jangan perkenan benda dan peristiwa apapun menimpa
mempelai berdua, kecuali yang memang Engkau
perintahkan untuk mengekalkan pertalian mereka
Ya Allah wahai Maha Pengasuh, asuhlah mereka di dalam
keindahan cinta-Mu
Ya Allah wahai Maha Pengayom, ayomilah mereka di dalam
Melimpahnya perlindungan dan rizqi-Mu
Ya Allah wahai Maha Penuntun, tuntunlah perjalanan cinta
mereka menelusuri kebun ilmu kebenaran-Mu
0 komentar:
Posting Komentar