Home » » SYEIKHUNA CHOLIL BANGKALAN DAN 'QOOMA ZAIDUN'

SYEIKHUNA CHOLIL BANGKALAN DAN 'QOOMA ZAIDUN'

Written By Sanghyang Mughni Pancaniti on Minggu, 10 April 2016 | 08.14


Tanpa disengaja, aku membuka biografi KH. Muzakki Syah, seorang Ulama dari Jember yang mengamalkan Manaqib Syeikh Abdul Qadir Jaelani. Dalam Autobiografinya, aku menemukan sebuah cerita yang menarik tentang Kyai Cholil Bangkalan, yang digelari Kyainya Kyai itu.
Kira-kira begini ceritanya..
Kyai Cholil sedang mengaji Kitab Jurumiyah dengan para Santrinya. Di tengah pembahasan, beberapa Petani datang dan minta petuah. Pengajian terhenti.
"Maaf kami mengganggu Kyai," Kata seorang Petani penuh hormat, mewakili yang lain.
"Ada apa? Kalian seperti sedang ada masalah." Tanya Kyai Cholil.
"Besok kami akan memanen timun. Tapi biasanya, malam hari sebelum timun itu kami panen, selalu saja ada pencuri yang mengambilnya. Kami berkali-kali tak mendapatkan apa-apa. Kedatangan kami ke rumah Kyai, agar sudi memberi sebuah wirid supaya para Pencuri itu tertangkap."
Sambil senyum Kyai Cholil berkata, "Karena saya sedang mengaji Jurumiyah, dan baru sampai pada bagian 'Kooma Zaidun', maka wiridkanlah kalimat itu."
Tanpa banyak tanya, para Petani pulang dengan dada bahagia. Tanpa tau arti kata, dengan bekal sugesti mereka pada keshalehan Kyai Cholil, semua mewiridkan 'Kooma Zaidun' berulang-ulang setelah shalat. Esok harinya, para Petani mendapati beberapa pencuri sedang berdiri tanpa bisa gerak di kebun timun mereka. Semuanya ditangkap, dan dibawa ke balai desa.
Hei, kawan, bukankah arti 'Kooma Zaidun' adalah 'Telah Berdiri Zaid'? Tapi bagaimana bisa kalimat sederhana itu, yang seolah tak bermakna apa-apa, bisa menjadi sebuah mantra yang menghasilkan keajaiban? Inilah yang ingin kudiskusikan bersamamu.

Oleh: Sanghyang Mughni Pancaniti
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2013 @ Pena Sanghyang Mughni Pancaniti
"Template by Maskolis"