(Bahasan Kedua Tarekat Bedusiyah)
Ketika Kyai Bedus menterjemahkan 'Bismillah' dengan 'Atas Ketinggian Cinta', sontak para Santrinya terkaget-kaget. Mereka merasa, baru kali ini mendengar terjemahan semacam itu. Sebelum mempreteli kalimat Rahman dan Rahim, Kyai Bedus ternyata masih ingin membongkar konsep 'Walaha' atau 'Cinta' yang sebelumnya telah ia jelaskan.
WALAHA, Yulihu, Ilahan, Allah, adalah sebutan bagi cinta yang didasari ketulusan. Cinta semacam ini, menurut Kyai Bedus, hanya dimiliki Tuhan, sehingga itu terus disandangkan dengan nama-Nya. Jika satu ketika Dia mewariskan cinta semacam itu pada Manusia yang dipilih-Nya, maka harus dikembalikan lagi kepada-Nya. Hanya kepada-Nya. Artinya, yang pantas dicintai secara tulus hanya Tuhan semata.
Dari rahim Walaha, lahirlah paling tidak dua konsep cinta: Ishq dan Hub.
Cinta yang didasari oleh kerinduan, Kyai Bedus sebut sebagai ISHQ. Dalam tradisi Tasawwuf, para Sufi seringkali menggunakan kata Ishq untuk menyebut cintanya pada Tuhan. Itu karena cintanya pada Sang Maha Tak Terbayangkan itu, didasarkan pada rasa kangennya untuk bertemu, saling sapa, dan kemudian 'bercumbu'. Tak hanya cinta hamba pada Tuhannya, Ishq pun bisa terjewantahkan dalam cinta seorang hamba dengan hamba lainnya.
Selain Ishq, Walaha juga melahirkan konsep cinta bernama HUB. Dasar dari cinta ini bukanlah ketulusan atau pun kerinduan, tapi kekaguman. "Aku mencintaimu karena kamu orang yang baik.", "Aku mencintaimu karena kamu cerdas.", "Aku mencintaimu karena wajahmu enak dilihat.", "Aku mencintaimu karena kamu mencintai Allah.", "Aku mencintaimu karena kamu tak lelah berjuang menghadapi hidup.", begitulah kira-kira contohnya.
Ketika sedang memaknai Hub, Kyai Bedus ditanya oleh seorang Santrinya, Agi Mohammad, "Jika demikian, dimana letak ketulusannya, Kyai?"
"Bukankah sudah aku bilang, cinta yang tulus atau Walaha, hanya boleh dipersembahkan untuk Tuhan saja. Kepada manusia jangan.!" Tukas Kyai Bedus dengan tegas.
"Lagi pula, Gi, tak ada manusia yang mampu mengelak dari sebuah 'alasan' dalam mencintai seseorang. Istriku mencintaiku, mungkin karena aku tampan, misalnya.!" Mughni menyela di tengah obrolan Agi dan Kyai Bedus.
"Istrimu mencintaimu, mungkin karena dia takut tak akan ada wanita yang mencintaimu." Agi menjawab Mughni dengan ejekan yang bahasanya ruwet.
"Cinta adalah cinta yang termakan saus tiram di hari raya Idul Fitri betapa hadir itu seperti jangankan kita." Kyai Bedus melerai dua Santrinya dengan bahasa yang tak hanya ruwet, tapi juga memusingkan.!
Bersambung..
Oleh: Sanghyang Mughni Pancaniti
0 komentar:
Posting Komentar