Home » » AFI NIHAYA: BUNGA DALAM DURI

AFI NIHAYA: BUNGA DALAM DURI

Written By Sanghyang Mughni Pancaniti on Kamis, 29 Juni 2017 | 00.18



"Berpikir sehat itu tak kenal istilah tua atau muda." tapi rumus ini tak berguna. Itu sebabnya, ada yang merespon tulisan Afi, "Ah cuma anak SMA. Ngerti apa dia tentang agama!"

Ada juga yang merasa tak percaya, "Itu pasti tulisan orang lain, tak mungkin anak SMA berpikir sejauh itu.",

Ada juga yang ngerasa sok bijak padahal nyindir, "Dek Afi kayaknya belum baca ayat sekian, sini kakak kasih tau."

Yang parah, ada orang sinting bikin meme bertuliskan, "Anak ini terlihat polos, tapi sebenarnya sedang melakukan kristenisasi."

Darimana rumusnya bahwa yang muda pasti goblok yang tua pasti bijak? Darimana asal usulnya bahwa yang muda mikirnya pasti sontoloyo sedang yang tua pasti berpikir jenius? Tak ada aturannya bahwa yang dilakukan si muda pasti salah, dan yang dilakukan si tua pasti benar. Apa ada jaminan bahwa yang tua lebih kaya pengalamannya dibanding yang masih muda? Tidak! Pengalaman bukan cuma sesuatu yang terlewati, tapi juga yang termaknai. Jika ada anak muda memaknai apapun yang terjadi dalam 20 tahun hidupnya, dia bisa lebih tercerahkan dibanding orang tua yang tak memaknai 45 tahun hidupnya.

Tulisan Afi berjudul 'Warisan' memang memantik banyak tanggapan dan prasangka. Seseorang melakukan kritik panjang atas tulisan Afi itu, kemudian tulisan orang ini dikritik lagi oleh orang lain, dan seterusnya, dan seterusnya. Ini sangat membahagiakan bagi saya. Tentu, peristiwa saling mengkritik ini tak sehebat yang pernah terjadi antara para filosof muslim, al-Ghazali dan Ibn Rusyd, akan tetapi, proses saling kritik dengan catatan panjang yang dibubuhi data dan analisa, membuat ilmu menemukan ruangnya, membuat pengetahuan jatuh pada yang semestinya.

Setelah membaca tulisan "Warisan" Afi, berulang-ulang, bagi saya kesalahan dia cuma satu, dia mencoba menawarkan bunga kepada masyarakat yang sedang khusyu-khusyunya makan duri. Itu saja!

Oleh: Sanghyang Mughni Pancaniti
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2013 @ Pena Sanghyang Mughni Pancaniti
"Template by Maskolis"