Bambang Q-anees, salah satu pemikir muda dari UIN Bandung, baru mengunjungi Toko Buku Kecilku. Yang berbeda, selain membeli beberapa buah buku, ia bercerita tentang sebuah kegiatan yang dijalaninya beberapa bulan terakhir: Menemani Para Narapidana di Penjara Sukamiskin. Dengan mereka ia saling bercerita, saling memberi arahan, atau sebatas berbagi pengalaman.
Yang paling menarik bagiku, dan kenapa ingin kubagikan melalui catatan sederhana ini, adalah ketika para Narapidana yang berasal dari 'orang-orang besar' itu menemukan sesuatu dalam kerangkeng besi yang mengekang kebebasannya.
Ada seorang Terpidana yang bercerita, "Dulu, sebelum di Penjara, saya selalu marah jika anak dan istri merengek hal-hal sepele, ketika saya sedang memikirkan hal-hal yang jauh lebih besar. Tapi hari ini, saya begitu kangen semua rengekan sepele itu."
Seorang anak dari salah satu Terpidana pun ikut ngomong, "Saya sangat bersyukur melihat Bapak di Penjara. Sebelum masuk Bui, saya sangat sulit bertemu dengan bapak. Tapi sekarang, saya bisa menemuinya kapan pun saya mau, kita makan bersama, kita bisa bertukar cerita."
Seorang Narapidana Perempuan juga tak ketinggalan bicara, "Saya punya sebuah Karpet yang saya sukai, setiap hari saya bersihkan sendiri. Jika ada bekas telapak kaki suami atau anak, saya pasti akan marah besar pada mereka. Tapi sekarang saya sadar, justru telapak kaki mereka lah yang membuat saya rindu rumah. Kelak, jika saya keluar dari penjara, saya akan biarkan karpet itu diinjak oleh suami dan anak saya, karena hanya dengan itu saya tersadar jika mereka ada."
Narapidana yang lain juga merintih, "Ya Tuhan, jika penjara ini hukuman dari-Mu, kenapa di balik jeruji ini aku jadi bisa mengkhatamkan al-Qur'an setiap bulan, aku bisa Tahajud setiap malam, dan aku bisa mampu berdzikir lama.? Terima kasih atas Takdir ini."
Mendengar gumam-gumam seperti itu, Bambang Q-Aness baru mengerti maksud salah satu ayat Tuhan, jika kita harus bersyukur dalam kesusahan, melapangkan diri meski dihimpit kesulitan. Jadi tak perlu marah dan murka, saat bertemu dengan kemuakkan yang sepele, terutama yang ditimbulkan oleh orang terdekat kita. Mumpung kita masih bersama mereka, berkumpul bersama mereka, tak seperti orang-orang yang di Penjara. Terpisah.! Dan hanya bisa merindukan apa yang dahulu membuat mereka tak suka.
Seperti kata Bambang, Narapidana penjara Sukamiskin ada yang berasal dari kalangan Kyai, Pendeta, Polisi, Tentara, Lurah, Camat, Bupati, Walikota, Gubernur dan Mentri. Jika sati ketika pemghuninya ditambah bekas Wakil Presiden dan Presiden, mungkin akan berdiri sebuah Negara baru.
Oleh: Sanghyang Mughni Pancaniti
0 komentar:
Posting Komentar