Dalam menyelami karya Sastra dunia, termasuk sangat lambat bagi diri pribadi saya. Bahkan membaca karya Tagore saja, baru beberapa hari kemarin sempat membacanya. Sastrawan pertama peraih Nobel yang berasal dari asia itu, coba menegaskan kepribadian perempuan timur dalam Novel 'Rumah dan Dunia'. Terutama tentang 'Pengabdian' perempuan dalam Rumah Tangga, yang oleh Barat disebut 'Penindasan' dan Ketidaksetaraan Derajat.
Dengan meminjam tokoh Perempuan yang bernama Bimala, Tagore memuji Pengabdian seorang Perempuan yang menjadi khas Masyarakat Timur. Dan saya ingin membaginya kepada anda semua tentang beberapa ungkapannya.
Nikhil, suami dari Bimala, yang pernah belajar di Europa, berfikiran maju dan modern, pernah dengan tegas berkata kepada istrinya, "Setiap hari kamu hanya mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, menghayati kehidupanmu seputar tata cara dan kesibukan rumah tangga. Bukan untuk itu kamu dilahirkan!"
Kita dengarkan apa yang dikatakan Bimala tentang sebuah pengabdian perempuan di sebuah dunia yang bernama Rumah Tangga.
"Pengabdian adalah kecantikan, dalam aspek batiniyahnya."
"Ketika aku melayani suamiku, kemudian ia menerima dan menikmatinya. Maka pelayanan itu tenggelam dalam keindahan yang melampaui semua pembahasan, kesangsian, dan perhitungan."
"Saat perempuan mengabdi kepada suaminya, itu bukan demi mendapatkan pahala. Ini adalah hati kewanitaan, yang harus memuja supaya bisa meminta."
"Aku adalah ratu bagi suamiku, aku duduk di sampingnya. Tetapi kegembiraanku yang nyata, yaitu bahwa tempatku adalah di 'kakinya'"
"Suamiku tak membiarkan aku memujanya. Tapi justru disinilah letak keagungannya. Para suami yang menekankan hak memperoleh pengabdian dari para Istri, mereka adalah seorang pengecut.! Dan ini merupakan kehinaan bagi kedua belah pihak."
"Cinta adalah penggelandang, yang mampu memekarkan bunga dalam terpaan debu jalanan. Maka yang lebih kubutuhkan dalam cinta adalah memberi, bukan menerima."
"Pengabdian bukan berarti ketidaksamaan. Justru malah meninggikan derajat pengabdian itu."
"Cintaku, sungguh mulia hatimu karena tidak memgharapkan pengabdianku. Tetapi bila kamu terima pengabdianku, itu berarti anugrah bagiku."
"Para lelaki terlalu sibuk di luar rumah. Mereka tidak banyak mengetahui makna kehidupan yang ada di dalamnya. Untuk hal-hal seperti ini, harusnya mereka lebih mendengarkan kata-kata istri."
"Perempuan bukan saja dewa api rumah tangga, melainkan api dari jiwa itu sendiri."
"Kecantikan bukanlah untuk memikat hati orang. Tapi karena kecantikan adalah keagungan."
"Aku bangga dengan pengabdianku ini, karena inilah yang membuat suamiku sujud di depan muka pintuku."
"Kebahagian sejati bagi seorang perempuan adalah ketika mampu menguasai laki-laki. Maka hanya dengan merendahkan diri dalam pengabdian, jiwa perempuan akan terselamatkan."
Seperti karya sastra pada umumnya, ia tidak sedang menawarkan teori atau mengancam pikiran. Dia hanya bertugas membagi cerita dan memberi pilihan.
Kalimat-kalimat Tagore tentang keagungan pengabdian seorang perempuan, boleh saja dihujat atau dipuja, dicaci atau dicinta, didakwa atau dirindu. Semua terserah kita, terserah pembaca, bagaimana memandangnya.
Oleh: Sanghyang Mughni Pancaniti
0 komentar:
Posting Komentar